Gejolak COVID Menganggu Vaksinasi Rutin di Indonesia

Lima cucu Mamik Nariati diberikan imunisasi gratis untuk penyakit seperti polio, gondok, dan Hepatitis B di sekolah mereka di Surabaya, Jawa Timur, sebelum pandemi.

“Namun, sejak awal sekolah online tahun lalu, tidak ada lagi program imunisasi,” katanya kepada Al Jazeera.

“Anak-anak saya tidak bisa bersekolah sehingga tidak bisa mendapatkan imunisasi gratis,” kata Sarigita Andika Wati, ibu tiga anak dari Kabupaten Tabanan, Bali.

Menurut data yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF, 800.000 anak Indonesia melewatkan vaksinasi normal tahun lalu karena gangguan layanan pandemi, meningkat 40 persen dari tahun sebelumnya.

Ini adalah kemunduran lain bagi Indonesia, yang telah melampaui India dan Brasil sebagai hotspot virus corona terbaru di dunia. Korban tewas mencapai angka tertinggi baru 1.338 pada hari Senin, karena rumah sakit yang terbebani berjuang untuk merawat orang sakit.

Menurut Perhimpunan Dokter Anak Indonesia, tingkat infeksi COVID-19 untuk anak-anak di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, dengan satu dari setiap delapan atau 362.000 kasus terkonfirmasi. Virus ini telah membunuh lebih dari 700 anak Indonesia, setengahnya berusia di bawah lima tahun. Mereka juga berisiko tertular beberapa penyakit paling berbahaya di dunia jika mereka tidak menerima vaksinasi masa kanak-kanak seperti biasanya.

“Memang benar sejak Maret hingga Desember tahun lalu terjadi penurunan imunisasi rutin pada anak karena anak tidak bersekolah, tempat umum, atau rumah sakit sehingga cakupannya rendah,” kata dr Siska Sinardja, Juru Bicara Dokter Spesialis Anak Indonesia. Asosiasi, mengatakan kepada Al Jazeera. “Peningkatan penyakit menular akan terjadi akibat keterlambatan pemberian imunisasi pada anak. Namun, saat ini belum ada data terkait hal tersebut karena tingkat COVID masih meningkat dan seluruh perhatian Indonesia terfokus pada penanganan COVID.”

Keuntungan hangus

Menurut Konsorsium Pemodelan Dampak Vaksin, kolaborasi global dari 16 kelompok penelitian yang menerbitkan studi paling komprehensif tentang efek program vaksinasi yang pernah dilakukan di jurnal Lancet pada Januari, program vaksin di negara berkembang telah mencegah 37 juta kematian di negara berkembang di seluruh dunia. dunia dalam 20 tahun terakhir.